Credit Photo: Ramda Y. |
Kesunyian
pagi di hari Minggu, 16 November 2014 itu pecah dengan suara sekelompok orang
yang berkumpul di halaman Wisma Hijau, Depok. Dengan pakaian formal, tas
punggung agak besar, ransel, serta koper, mereka terlihat akrab bercakap-cakap
sambil menanti pembukaan sebuah pelatihan. Tidak, mereka bukan anggota MLM.
Mereka adalah para peserta Persiapan Keberangkatan (sebelumnya bernama
Pelatihan Kepemimpinan/PK) yang menjadi penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia,
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Senyum
dan suara cekikikan terdengar di sana-sini. Maklum, para peserta telah intens
berkomunikasi lewat sosial media untuk mengerjakan tugas-tugas Pra-PK.
Kebanyakan tidak tahu wajah satu sama lain kecuali melalui profile picture
akun masing-masing. Saat bertemu, ada yang terkejut karena penampakan asli
orang yang bersangkutan tak mirip seperti yang dibayangkan. Ada yang dikira
perempuan, tapi ternyata seorang pria, haha.
Aku
adalah satu dari 125 orang yang berkumpul pagi itu. Tidak seperti yang lain, aku
hanya membawa sebuah ransel hasil pinjaman dan sebuah goody bag yang
berisi beberapa kertas dan buku untuk disumbangkan. Aku tidak terbiasa membawa
barang banyak saat bepergian. Saat pertama kali masuk ke Wisma Hijau, aku
celingak-celinguk mencari orang yang mungkin kukenal. Sambil lalu, aku menyapa
beberapa orang yang kutemui sambil mengajak berkenalan. Agak kikuk di awal,
tapi beberapa orang aku kenali namanya di Line kelompok.
Aku
diberitahu bahwa teman-teman meletakkan barang-barang mereka di sebuah ruangan
karena memang belum diperbolehkan check-in ke kamar masing-masing. Aku
masih berbalut hoody dan masing memanggul ransel. Di tengah teman-teman
yang sudah rapi dengan sepatu pantofelnya, aku masih memakai sepatu kets.
Melihat aku yang mungkin terasa ganjil, Danang yang kukenal pagi itu menawari
untuk menitipkan barang-barangku di mobilnya. Aku tahu orang-orang ini adalah
orang-orang hebat yang mau menawarkan pertolongan kepada siapa saja.
Sejenak kemudian kami naik ke aula pertemuan Wisma Hijau di lantai dua untuk memulai acara pembukaan PK. Semua peserta dibagi dalam delapan kelompok dan aku menjadi bagian dari kelompok delapan (Ali Sastroamidjojo). Di kelompok ini aku bertemu dengan 15 orang yang selama pelaksanaan PK menjadi sahabat dan keluarga baruku. Mereka adalah Agus Kurniawan, Akhirta Atikana, Albert Steven Agustinus, Antoni Tsaputra, Indah Rosmawati, Maduma F.P., Maryam Dewiandratika, Muhamad Zamroni, Nadya Victoryka, Prisyafandiafif Charifa, Ramda Yanurzha, Senop Amos Sulle, Veni Ari Jayanti, Yuni Hariyanti, dan Yutmen Urisman Soru. Orang-orang ini datang dengan latar belakang yang beragam dan memiliki cerita-cerita unik yang menginspirasi. Tapi aku tidak akan menceritakan mereka di sini, karena bila aku tulis satu persatu, aku bisa menghabiskan waktu seharian untuk mengisahkan cerita-cerita inspiratif tentang mereka, padahal tugas ini harus dikumpulkan hari ini sebelum pukul enam sore, hehe. Kalau penasaran, googling saja nama-nama itu dan Anda akan tahu siapa mereka.
Secara
formal, kegiatan PK berlangusung sejak pukul tujuh pagi hingga sepuluh malam.
Meski begitu, setiap pagi kami harus bangun jam 5 pagi untuk kegiatan olahraga
dan setelah sesi malam, kami masih harus bergadang untuk membicarakan acara
angkatan, menulis resume kegiatan hari itu, latihan drama, dan
menyelesaikan tugas-tugas lainnya. Di hari pertama PK, kami lebih banyak
melakukan games untuk saling mengakrabkan diri dan mengenal
masing-masing peserta.
Dalam
tiga hari pertama pelaksanaan, acara PK lebih banyak diisi dengan program yang
bersifat pembekalan dan talk show. Tujuannya adalah melengkapi dan
memperluas wawasan peserta tentang isu-isu penting di negeri ini sekaligus
memantapkan lima nilai-nilai PK, yaitu integritas, profesional, sinergi,
melayani, serta kesempurnaan. Narasumber yang hadir pun adalah orang-orang yang
kompeten di bidangnya.
Dalam
topik Paradigma SDM Kompetitif dan Berwawasan Global, narasumber yang datang
adalah Tantia Dian Permata Indah. Tantia adalah seorang profesional yang
bekerja di Traveloka.com dan sempat menjadi Mahasiswa Berprestasi semasa
kuliah. Masih di hari yang sama, topik Cendekiawan Muda Indonesia: Learning
Today, Leading Tomorrow menghadirkan Yudi Latif sebagai pembicara. Aku sendiri
tidak terlalu asing dengan Kang Yudi karena ia salah satu figur yang aktif di
Paramadina, tempat aku menyelesaikan S1. Dengan gaya ceritanya yang khas dan
detail, Kang Yudi membawa para peserta ke era kemerdekaan dan periode-periode
penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pada
sesi pertama di hari kedua, Pak Eko Prasetyo yang merupakan Direktur Utama LPDP
bercerita tentang latar belakang pendirian Badan Layanan Umum (BLU) ini.
Menurutnya, ide tentang LPDP muncul saat rapat dengan Menteri Keuangan yang
saat itu dijabat Ibu Sri Mulyani. Modelnya adalah dengan menyisihkan dana abadi
sebagai endowment fund dan memberikan akses pendidikan seluas-luasnya
bagi masyarakat Indonesia. Betapa membanggakan saat bangsa ini bisa membiaya
pendidikan putera-puterinya ke berbagai penjuru dunia. Dahulu, saat aku menjadi
salah satu penerima beasiswa ke AS, aku bertanya-tanya kapan Indonesia bisa
seperti Tiongkok, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara lain yang bisa mengirimkan
SDM-nya ke berbagai kampus terbaik dunia dan kembali ke tanah air mereka untuk
membangun negerinya. Ternyata, mimpi itu tidak jauh.
Sebagai
pemuda-pemudi yang diharapkan bisa mengembangkan kemampuan intelektual, leadership,
dan entrepreneurship, sesi siang hari itu diisi dengan topik Membangun
Indonesia dalam Gagasan Inovatif Karya Ilmiah bersama Pak Misri Gozan. Selain
itu, sesi malam dimeriahkan oleh Mas Zaenal Abidin yang tidak hanya
mencontohkan kewirausahaan lewat topik Extraordinary Creativepreneur, namun
juga menaburkan uang receh di tengah-tengah forum. Ia mengatakan seorang
wirausahawan yang baik harus mau bergerak untuk maju dan jangan ragu untuk
memungut setiap kesempatan yang datang.
Di hari
ketiga, kegiatan kami adalah melaksanakan program Sharing and Inspirational
Class. Tujuan utamanya adalah membantu adik-adik SMA untuk mengenali minat dan
bakatnya, membimbing mereka untuk menentukan universitas tujuan setelah lulus
SMA, serta memberikan informasi dan tips untuk mendapatkan beasiswa. Pagi hari
tanggal 18 November 2014, kelompok kami mendatangi SMA PGRI Depok. Karena ada
enam kelas yang harus ditangani, kami membagi diri dalam kelompok-kelompok
kecil. Bersama Nadya dan Yutmen, aku masuk ke kelas XII IPS-1. Melihat
antusiasme, semangat, dan cita-cita luhur adik-adik ini, betapa kami optimistis
Indonesia memiliki masa depan yang begitu cerah, asal semua elemen bangsa
bersinergi dan mau bergotong-royong mewujudkannya.
Sisa hari ketiga diisi oleh Dik Doank yang berbagi pengalamannya dalam membangun Kandank Jurank Doank serta Pak Warsito Purwotaruno yang membawakan tema Nusantara Dalam Genggaman Teknologi.
Pada
hari Rabu pagi (hari keempat), seluruh peserta PK telah berbaris rapi di depan
halaman parkir Wisma Hijau dengan menggunakan baju putih dan celana serta
sepatu hitam. Tangan mereka terkepal dan sejajar dengan jahitan celana dan rok
yang mereka pakai. Yap, kami tengah bersiap untuk melaksanakan upacara bendera
yang berlangsung dengan khidmat. Pak Arief Munandar yang menjadi Inspektur
Upacara lantas memberikan pembekalan materi berjudul Menuju Pemimpin baru yang
Kontributif.
Setelah
itu, para peserta PK tersentak-sentak saat Laksamana Muda TNI (Purn) Husein
Ibrahim memberikan materi bertajuk Pembinaan Kesadaran Bela Negara untuk
Mewujudkan Maritim Indonesia yang Berdaulat. Di usia senjanya, Pak Husein tetap
lantang berbicara dan dengan aktif turun naik panggung sambil membakar semangat
kami. Baginya, NKRI adalah harga mati dan hanya orang berintegritas yang bisa
mewujudkan, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan RI dengan berbagai
prestasi.
Pukul
12 malam, kami sudah dibangunkan dan kembali berbaris di lapangan. Kali ini,
kami hendak berangkat ke lokasi kegiatan outdoor yang panitia namakan
Unshakeable Mentality Outbound. Perjalanan yang kami lalui cukup panjang karena
TKP berlokasi di daerah Lembang, Bandung. Sepanjang perjalanan, bus yang aku
tumpangi sepi dan senyap. Onggokan tubuh-tubuh letih hanya terbaring lemas di
atas kursi yang berderit ketika bus menikung tajam, hehe.
Saat
turun dari bus, kami disambut hawa dingin yang menusuk kulit dan pandangan yang
gelap gulita. Seusai shalat shubuh dan menghangatkan diri dengan makanan yang
dimasukkan dengan paksa ke dalam mulut, aku keluar dari barak dan terkejut
melihat langit pagi yang indah dilukis semburat warna merah cahaya matahari.
Posisi kami dikelilingi pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi bagai raksasa.
Kegiatan
dimulai dengan pesiapan yel-yel masing-masing kelompok. Seharian itu kami
habiskan dengan melakukan berbagai aktivitas fisik dan menemukan strategi
paling pas untuk menyelesaikan tantangan-tantangan yang diberikan panitia. Breaking
games, crawling zone, battle royal, nuclear water, escape from Azkaban, helium
stick, hole in one, dan nitro estafet adalah beberapa tantangan yang
harus kami selesaikan secara berkelompok.
Selain
tuga-tugas itu, kami juga harus menyelesaikan tantangan individu yang terdiri
dari rapling, human jump, flying fox, dan two siblings bridge.
Melalui games ini, para peserta diharapkan bisa mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan masing-masing serta mampu menghadapi ketakutan yang bisa menjadi
penghambat. Puncak kegiatan outbound adalah pertandingan paintball
antarkelompok. Sistem yang digunakan adalah sistem gugur. Untuk tantangan yang
satu ini, kelompok kami berhasil menjadi juara dengan mengalahkan kelompok yang
lain, yeeyy! Kemenangan kami salah satunya dibantu oleh Mas Amos yang membuat
strategi jitu dalam menghadapi lawan, apalagi ia adalah bagian dari TNI-AU.
Di
hari Jumat yang menjadi hari keenam, kami ditemani oleh pasangan Rangga
Almahendra dan Hanum Salsabiela Rais yang membawakan topik Berprestasi dan
Produktif dalam Studi. Keduanya adalah suami-istri yang bahu-membahu dalam
mengarungi studi di luar negeri dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
berkarya dengan lebih baik lagi. Selain menjadi ibu rumah tangga, Hanum
memanfaatkan waktunya dengan mengunjungi perpustakaan dan berhasil menulis buku
99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika.
Sesi
selanjutnya diisi dengan penjelasan beasiswa serta mekanisme pencairan dana
oleh pihak LPDP. Melalui forum ini, para peserta PK dapat menanyakan berbagai
hal terkait beasiswa LPDP dan hal-hal paling teknis kepada para narasumber.
Malam harinya, semangat nasionalisme peserta PK diperkuat melalui sesi Refleksi
Merah Putih yang dibawakan Pak Fahrizal Muhammad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar