Emerald City

Emerald City
An Evening in Emerald City (source: personal document)

Selasa, 30 Desember 2014

Tukang Pukul Kota Jakarta


Sumber Ilustrasi: http://makesmebelieveinnothing.blogspot.com
Jangan salah mengerti. Judul ini memang bercerita tentang tukang pukul, namun bukan seperti debt collector atau bodyguard yang biasa kita lihat di sinetron atau film.

Setiap hari, aku melewati jalan yang membelah Kuningan untuk menuju kantor tempatku bekerja. Dari Mampang, biasanya aku naik Kopaja P20 atau 620 dan turun di atas jembatan Casablanca. Katanya, terowongan yang tepat berada di bawah jembatan sempat menjadi inspirasi sebuah film horor Indonesia. Maklum, orang-orang mengatakan banyak hal aneh terjadi di tempat yang hanya berjarak sejengkal dengan TPU Menteng Pulo ini. Film berjudul Terowongan Casablanka yang disutradarai oleh Nanang Istiabudi dan dibintangi Asha Syara dan Ardina Rasti itu berdurasi sekitar 90 menit. Aku tidak suka film horor, jadi tak akan kuceritakan lebih lanjut. Dari jembatan, aku melanjutkan perjalanan ke kantor dengan angkot 44 dan berhenti tepat di depan Mal Kota Kasablanka (Kokas).

Suatu malam, jalanan dari arah Kokas menuju jembatan Casablanca disesaki oleh mobil dan motor. Padahal, biasanya rute ini tak pernah sepadat arah sebaliknya yang menuju Kampung Melayu. Aku pun memutuskan untuk berjalan kaki. Terakhir aku cek, jaraknya sekitar satu kilometer. Yah, lumayanlah untuk melemaskan kaki.

Rabu, 24 Desember 2014

Antara Cinta dan Dian Sastro


Sumber Ilustrasi: YouTube
Cinta. Betapa kata ini memiliki banyak makna. Ia hadir dalam hidup seseorang dengan caranya sendiri. Cukup sering ia muncul sambil mengendap-endap. Tak jarang pula ia datang tiba-tiba dan membuatmu sakit jantung. Makna cinta beragam tergantung jubah kebesaran yang ingin ia tunjukkan. Bagimu, cinta mungkin saja putih, dan bagi orang lain bisa saja merah. Tapi, bagiku Cinta adalah Dian Sastro! Yap, aku baru saja melihat kembali wajah jelita itu di YouTube gara-gara Line mengangkat Ada Apa Dengan Cinta (AADC) sebagai bagian strategi marketing-nya. “Ke mana aja lo? Telat dua bulan kali, baru nonton sekarang,” sergah seorang teman. 

Meskipun inspirasi tulisan ini adalah si cantik Dian Sastro yang telah merenggut masa kecilku (nanti akan kuceritakan soal yang satu ini), aku hanya ingin bercerita tentang cinta. Para ahli bahasa mendefinisikan cinta /cin·ta/ sebagai (1) suka sekali; sayang benar, (2) kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan), (3) ingin sekali; berharap sekali; rindu, dan (4) susah hati (khawatir); risau. Rasanya, pengertian keempat itulah yang justru lebih dominan dirasakan orang yang pintu rumahnya sedang diketuk cinta.

Minggu, 30 November 2014

Kebenaran Dua Sisi


(Sumber Ilustrasi: http://moudeomam.com)
Beberapa jam yang lalu aku berdebat dengan salah seorang teman. Gara-garanya, kami berbeda pendapat soal jalan yang paling benar dari Kemang menuju Mampang. Setahuku, ada jalan pintas yang paling cepat, yaitu dengan mengambil belokan sebelah kanan. Sementara itu, temanku yang bisa dibilang anak gaul Jakarta Selatan bersikukuh bahwa jalan yang kuanggap benar itu salah.

Perdebatan pun dimulai. Temanku membalik arah mobilnya menuju jalan yang aku tunjukkan. Sambil lalu, aku berusaha mencari history di aplikasi Waze yang sempat aku gunakan saat menyusuri jalan tersebut dulu. Aplikasi masih loading, temanku terus ngoceh mengatakan aku salah mengambil jalan.

Minggu, 23 November 2014

Sekilas Catatan PK 22 LPDP: Sedya, Sena, Sura


Credit Photo: Ramda Y.
Kesunyian pagi di hari Minggu, 16 November 2014 itu pecah dengan suara sekelompok orang yang berkumpul di halaman Wisma Hijau, Depok. Dengan pakaian formal, tas punggung agak besar, ransel, serta koper, mereka terlihat akrab bercakap-cakap sambil menanti pembukaan sebuah pelatihan. Tidak, mereka bukan anggota MLM. Mereka adalah para peserta Persiapan Keberangkatan (sebelumnya bernama Pelatihan Kepemimpinan/PK) yang menjadi penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Senyum dan suara cekikikan terdengar di sana-sini. Maklum, para peserta telah intens berkomunikasi lewat sosial media untuk mengerjakan tugas-tugas Pra-PK. Kebanyakan tidak tahu wajah satu sama lain kecuali melalui profile picture akun masing-masing. Saat bertemu, ada yang terkejut karena penampakan asli orang yang bersangkutan tak mirip seperti yang dibayangkan. Ada yang dikira perempuan, tapi ternyata seorang pria, haha.

Selasa, 11 Maret 2014

Kisah Pemuda Urban

Sumber Ilustrasi: http://mhau-photography.blogspot.com

Saat jam menunjukkan pukul 5:30 WIB, Sang Pemuda langsung berkemas untuk pulang kantor. Tak seperti biasanya, hari ini ia ingin pulang tepat waktu.

Sayangnya, Jumat sore memang tak pernah menjadi waktu pulang kerja yang mengenakkan. Kemacetan kota Jakarta relatif lebih parah menjelang akhir pekan, terutama di kawasan seperti Kuningan dan Mampang yang menjadi rute keseharian Sang Pemuda.

Sampai di depan gedung Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, bus yang ditumpangi Sang Pemuda benar-benar tak bisa bergerak. Antrian panjang mobil dan motor mengular tak karuan. Selain harus berdiri, Sang Pemuda harus berhimpitan dengan banyak orang yang penuh sesak memadati bus. Keringat mulai mengalir dari dahi, leher, dan ketiaknya. Gerah.

Untungnya, cahaya senja cukup indah memikat. Lukisan langit dengan matahari yang akan tenggelam bagi Sang Pemuda selalu memiliki aura magis. Bagai magnet, nuansa sore itu menarik pandangan Sang Pemuda hingga membuat matanya tak berkedip. Sebuah momen yang terlalu berharga untuk dilewatkan.

Popular