Sumber Ilustrasi: YouTube |
Cinta. Betapa kata ini memiliki banyak
makna. Ia hadir dalam hidup seseorang dengan caranya sendiri. Cukup sering ia
muncul sambil mengendap-endap. Tak jarang pula ia datang tiba-tiba dan membuatmu
sakit jantung. Makna cinta beragam tergantung jubah kebesaran yang ingin ia tunjukkan.
Bagimu, cinta mungkin saja putih, dan bagi orang lain bisa saja merah. Tapi,
bagiku Cinta adalah Dian Sastro! Yap,
aku baru saja melihat kembali wajah jelita itu di YouTube gara-gara Line mengangkat
Ada Apa Dengan Cinta (AADC) sebagai bagian strategi marketing-nya. “Ke mana aja
lo? Telat dua bulan kali, baru nonton sekarang,” sergah seorang teman.
Rasa gundah yang menggoda, itulah kurang
lebih yang diberikan cinta saat datang berkunjung. Cinta menjelma dalam bentuk
ekstasi yang membuatmu gelisah, lupa makan, senang melamun, senyum-senyum
sendiri, dan bahkan tak sadar bila seandainya pemanah Night Watch dalam serial
Game of Throne sedang mengarahkan busur tepat ke arah tengkukmu. Aku pun pernah
merasakan sensasi cinta, meski tak tahu apakah cinta yang pernah kurasa itu tergolong
cinta yang orang-orang sebut sebagai cinta monyet, cinta satu malam, cinta pada
pandangan pertama, atau malah cinta sejati. Sebenarnya, aku tak peduli bagaimana
orang lain menamai cintaku.
“Rasa
itu merayap, menjalar dari ujung kaki bagai setrum listrik kabel terkelupas
yang tak sengaja kau injak. Perlahan, ia naik menjilati betismu, membuat
lututmu bergetar, dan terus bangkit hingga membuat dadamu sesak. Dengan
lidahnya yang setajam ular, cinta melilit batang lehermu dan sukses membuatmu
tak bergerak. Matamu mulai rabun dan sadar tak lagi berpihak. Saraf otakmu
tercekik dan kau pun menyerah. Pasrah. Nikmati saja cinta itu selagi kau
mampu.” Begitulah tulis seorang pujangga amatir yang
kebetulan menjadi alter egoku.
Oya. Mumpung belum lupa, aku ingin bercerita bagaimana Dian Sastro telah merenggut masa kecilku. Di tahun 1999, Sheila on 7 muncul dengan lagu-lagu yang langsung menjadi hits di belantika musik Indonesia, salah satunya berjudul Jadikanlah Aku Pacarmu (JAP). Melalui video klip itulah Dian Sastro memperkenalkan dirinya padaku. Ia tampil sebagai bidadari yang membenamkan image di benakku bahwa dirinya adalah standar perempuan paling cantik. Cantik = Dian Sasto, Dian Sastro = Cantik! Betapa teganya ia mendoktrinku yang saat itu hanyalah seorang bocah ingusan :) (edisi ga sadar diri)
Aku tahu kau mungkin tak sependapat saat aku mengatakan Dian Sastro adalah perempuan cantik. Kau mungkin lebih suka menggunakan kata ayu, menarik, anggun, elegan, dan beberapa kata lain dengan makna yang sama. Ya sudah, terserah sajalah. Pokoknya, bagi anak SD sepertiku saat itu, satu-satunya kosakata yang bisa menggambarkan niat yang dimaksud hanyalah kata CANTIK. Sejak momen itu, selama bertahun-tahun Dian Sastro telah mencuri makna cantik dariku hingga akhirnya aku bertemu dengan Megan Fox, berkenalan dengan Cindy Crawford, Jennifer Lawrence, Scarlett Johansson, Liv Tyler, dan sejumlah perempuan lainnya, hehe. Meski begitu, aku merasa perlu untuk menyisihkan satu ruang di blog ini untuk mengenang Dian Sastro dan Cinta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswohaii..kalo udah di 'luar sana', cerita2 di sini ya rus. otree..
BalasHapusItu apaan yang dihapus? Haha.... Siplah.
BalasHapusiyya..itu komennya dobel. mau diapus, lah ngapain ninggalin 'jejak'?? g asik blogger deh. haha.
BalasHapus